Fenomena Transfer Politisi Dinilai Jadi Ancaman Demokrasi

Rilis.id – Maraknya perpindahan politisi yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPR RI ke sejumlah partai politik terus menuai sorotan publik.

Menurut Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono, fenomena transfer politisi itu bisa mengancam konsolidasi demokrasi.

“Walaupun bukan gejala baru, perpindahan akhir-akhir ini yang sarat aroma uang, memaksa publik bertanya, apa benar kita sudah punya parpol? Atau jangan jangan partai-partai yang ada hanya organisasi massa tanpa tujuan dan ideologi tertentu,” katanya kepada rilis.id, Jumat (20/7/2018).

Dosen Fisip Universitas Al-Azhar Indonesia itu menegaskan, partai politik bukan seperti klub sepak bola yang bisa saling transfer pemain-pemain bintang.

Karena, menurutnya, partai politik memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekedar menang dan kalah.

“Melekat di partai itu fungsi pendidikan politik, rekrutmen politik, hingga resolusi konflik. Selain itu partai juga kental dengan ideologi tertentu. Ideologi itu yang membedakannya dengan partai lainnya,” ujar Zaenal.

Zaenal menilai, pembajakan politisi yang dilakukan oleh partai tertentu memiliki tujuan yang pragmatis.

Salah satunya, lanjut dia, agar di kompetisi Pemilihan Legislatif 2019 nanti target parpol bisa tercapai, yakni melewati presidential threshold 4 persen.
“Kalau sepak bola memang hampir semua klub melakukan hal yang sama (transfer pemain bintang) untuk memperkuat line up musim baru 2019. Tapi, sepak bola bukan politik, dan partai bukan klub,” tandasnya.

Leave a Reply